Tuesday, 22 November 2016

Korban Pemuja Ilmu Syaitan

Bab (10)


   Bukan tok ketua saja.Zainon juga bagai lenyap ditelan bumi.Ketika gua kecil dimana zainon disuruh ayahnya bersembunyi kami temukan,semak belukar didepan gua telah porak peranda.Diterangi oleh lampu gaslin.Keadaan didalam gua lebih berselerak lagi.Buntil berisi pakaian dan makanan berserakan disana sini.Bekas kubur tua berkayu nisan yang sudah lapuk itu,menganga diam tanpa bisa menceritakan apa yang telah terjadi sebelum kami tiba.

   "Syaitan tua itu telah melarikan anakku."Dengus ayah zainon dengan wajah panik.Suaranya putus asa ketika ia memanggil-manggil."Zainon.Zainooon.Zainoonnnnn."

   Aku pun turut memanggil dengan suara lebih keras.

   "Zainoooooonnnn."

   Satu dua orang lagi melakukan hal yang sama.Tetapi suara kami hanya disambut oleh punggok dan bulan retak kerana gerhana dilangit,seolah-olah memandang kami dengan wajah yang berdukacita.Aku dan safuan siap untuk membahagi kelompok orang-orang yang melakukan usaha mencari ke segenap penjuru.Ayah zainon bersungut lemah.

   "Aku tahu kemana syaitan itu membawa zainon."

   Seperti pasukan yang siap sedia untuk berperang,kami berbaris beriring-iringan melalui semak belukar.Jalan-jalan sempit diantara pohon-pohon raksasa,bukit-bukit berbatu pejal.Tidak seorang pun yang berani berkata walau sepatah.Juga tidak ada yang mengeluh keletihan.Semuanya seakan-akan memikirkan hal yang sama,maut yang sedang dihadapi zainon.Dalam hati,aku memanjat doa tiada henti-hentinya.Semakin jauh berjalan,semakin banyak air mataku yang jatuh berlinang.

   "Tabahkan hatimu,non.Tabahkan hatimu.Kami akan menolongmu."Bisikku pada diri sendiri.

   Ayah zainon yang berjalan didepan,tiba-tiba berhenti.

   Pengikut-pengikutnya pun turut berhenti.Tepat dibawah kaki bulan yang sedang gerhana,nampak sebuah longgokan tanah keras berbatu pejal,dilingkungi oleh pohon-pohon dan semak belukar.Ketika orang ramai itu berpecah mengintip lapangan kecil yang ganjil itu,cahaya obor dan gaslin memberi gambaran jelas tentang apa yang terdampar di tengah-tengah lingkaran itu.

   Datuk safuan,ketua kampung cenderung yang disanjung dan dipuji,kelihatan duduk bersimpuh dengan kepala menekur ke tanah,berhadpaan dengan sesusuk mahkluk berupa mawas berbulu hitam legam,punggung telanjang kemerah-merahan.Bermuka kejam dengan mata berwarna merah berapi-api,waktu memandangi manusia-manusia yang sedang bergerak mengepung tempat itu.Mahkluk itu menjerit dahsyat,meloncat-loncat diudara dengan suara kaki yang berdentum-dentum mengerikan.Aku hampir-hampir tak sabar untuk melompat ke tengah-tengah tanah lapang bermaksud menyambar tubuh zainon yang terletak pengsan disamping tok ketua.

   "Tunggu,bahaya."Tanganku ditarik oleh ayah zainon.

   Gerakan binatang yang aneh itu membuat semua orang terpukau kaku.

   Yang terdengar hanyalah suara kakinya yang menghentak-hentak.Mulutnya yang mengaum seperti harimau.Kemudian terdengar keluhan tok ketua yang tersekat-sekat.

   "Ampun,guru.Ampun.Bukan aku yang membawa mereka kemari."

   "Gerr.Nggahhh."Lalu sebelah tangan panjang mahkluk itu menyambar pinggang tok ketua,mengangkatnya tinggi-tinggi ke udara.

   Orang tua itu berteriak serta meronta-ronta.

   "Oh,guru.Jangan.Jangan kau bunuh aku."Suaranya terkadang terputus oleh menahan sakit.

   "Guru,ampuuuunnn.Bukan aku yang salah.Si yunus yang celaka itu salah.Aku tak menduga ia akan memperkosa gadis itu sebelum aku persembahkan padamu.Ampun,guru.Aku kini membawa ganti.Korban baru yang masih segar.."

   "Biadap.."Seseorang memaki disampingku.

   "Sampai hati ia korbankan cucunya."

   Tak ada yang menyahut.

   Kerana semua orang sedang memerhatikan apa yang terjadi di tengah lapangan ganjil itu.Makhluk tadi kini memutar-mutar lengannya yang mencengkam tubuh si tua,tinggi diudara.Orang tua itu menjerit putus asa.

   "Jangan aku.Kutuk lah semua orang itu.Kutuklah,supaya mereka menjadi kera yang akan menghambakan diri padamu.Kutuklah,seperti yang pernah kau lakukan pada seorang anak,dua orang menantu dan seorang cucuku yang masih kecil,dulu.Oh,ampunilah.Tolonglah aku,guru.Jangan bunuh aku...jangan."

   Kemudian.

   "Gruuuu."Jeritan lengking lepas dari mulut orang tua itu waktu tubuhnya dilontarkan dengan keras,melayang di udara,kemudian."Buk..bukrrkk."Berdebuk dan berderak menghentak sebatang pokok besar berdaun rendang dipinggir lapangan.Orang ramai yang berada ditempat itu,bertempiaran mengelak sambil berteriak ketakutan.Tubuh orang tua itu jatuh ke tanah dengan suara yang dahsyat.Darah bersemburan keluar.Mengerang sesaat kemudian kaku tak bergerak-gerak lagi.

   Ketika itulah,dari atas pokok dimana tubuh tok ketua terbujur kaku,berloncatan turun ketanah beberapa ekor makhluk lain.Mula-mula tiga ekor.Dua besar satu kecil.Mahkluk-mahkluk yang sudah tak asing lagi bagiku.Ketiga-tiganya bertindak berhati-hati ke tengah lapangan dengan sikap bengis.Mahkluk dahsyat yang mereka dekati,mengerang tinggi,terngadah ke bulan sambil menepuk-nepuk dada.Suaranya riuh rendah.Sesusuk mahkluk lain meloncat turun dari pohon.Sementara ketiga-tiga ekor kera itu menyerang mahkluk hitam bermata merah berapi-api,mahkluk kera yang keempat berhati-hati mendekati ke arena pertempuran.Naluriku mengatakan inilah mahkluk yang pernah aku kejar yang berada didalam bilik tidur zainon disuatu malam dulu.

   Aku terpegun apa yang akan terjadi.Kera terkecil dan paling ganas itu,terhempas ke tanah dengan suara ngik yang menggigilkan tulang,disusul oleh dua kera-kera lainnya.Tetapi kera keempat,telah berjaya menyambat tubuh zainon lantas menyeretnya ke pinggir lapangan dari arah mana ayah zainon terdengar berseru.

   "Ke sinikan.Lastri.ke sini kan."

   Kera itu tinggal beberapa langkah lagi dari pinggir lapangan,bila mahkluk yang berang tadi sudah menerjang ke depan.Hanya sekali sambar,kera yang dinamakan lastri itu,adalah nama arwah isterinya.Iaitu ibu kepada anak gadisnya,diramas-ramas dengan kejam dan kedua tapak tangannya yang berbulu lebat dan panjang-panjang.

   "Lastri.."Ayah zainon menjerit.Ia menyerbu ke depan.

   Tetapi sebuah tendangan keras melontarkannya keluar dari lapangan.Jatuh terhempas kedalam rimbunan semak belukar.

   Seseorang memberi arahan.

   "Bertakbir.Semua bertakbir."

   Gaung suara orang ramai memuji nama allah,bergema memecah kesepian malam yang mengerikan itu.Mahkluk itu undur ke tempat berdirinya semula sambil melepaskan mangsanya yang menggeliat-liat di tanah.Sebentar kemudian,kaku tak bergerak-gerak.Jeritan lengking yang geram berulang kali terkeluar dari mulut tebal dan lebar si mahkluk ganjil,namun suara takbir memuji kebesaran nama allah,ikut bergema lebih keras.

   Pada saat itulah,orang yang memberi arahan tadi,bomoh yang pernah melumpuhkan babi jelmaan manusia malam tadi,bersedu pada safuan.

   "Sekarang,tembak."

   Mulut safuan berbunyi.

   "Bismillah.."

   Dan.

   "Bang."

   Letupan dahsyat meledak seketika.Semburan api merah kehijau-hijauan keluar dari mulut senjata berlaras dua ditangan safuan.Kemudian tubuh mahkluk ditengah lapangan bagai ditolak ke belakang.Dari arah jantungnya,tersembur darah berwarna hitam.

   Tubuh yang luar biasa besar dan kejam itu,terhempas ke sebuah batu besar lalu terjerembab ke tanah,Kedua kaki dan tangannya menggapai ke sana kemari.Makin lama kian lemah,kemudian kaku.

   Tak seorang pun meninggalkan tempat itu sehingga matahari pagi muncul diufuk timur,lembut dan nyaman.Aku membawa zainon ke tepi.Dia menangis tak berhenti-henti.

   Semakin terang suasana pagi,semakin kabur bentuk lembaga tubuh mahkluk di tengah lapangan.Demikian juga keempat-empat kera yang mati berserakan disana sini.

   Sebaik saja matahari menjilat tanah,tubuh mahkluk itu lenyap,dan yang tinggal hanya kesan-kesan darah hitam bertompok-tompok ditanah.Lain pula halnya dengan empat ekor kera yang tadi nya penghamba kemudian diluar dugaan berubah jadi penyerang mahkluk yang mereka sembah.Di tempat dimana tubuh-tubuh mereka menggeletak,terdapat tulang-tulang berserakan.Tulang-tulang kering tetapi kotor berdebu.Namun jelas.Semuanya tulang-tulang manusia,bukan kera.

   Yang membuat jantung setiap orang yang melihat bagai terhenti berdenyut,adalah keadaan tok ketua.Di bekas tempatnya terdapat mati,didapati tubuh kera yang hancur kerana menghentam pokok begitu kuat.

   Ia telah termakan sumpahnya sendiri.Seperti diceritakan oleh ayah zainon kemudian.Mati penasaran sebagai korban terakhir,mendahului korban-korban lain.Terdiri dari bayi,beberapa orang perawan dari berbagai desa yang diambil secara paksa atau melalui tangan orang-orang yang bisa menutup mulut dengan bayaran tinggi seperti halnya dengan yunus.Diantara korban-korban itu,terdapatlah kakak perempuan safuan yang hilang ketika berumur sembilan tahun.Kemudian kakak sepupunya yang masih perawan,pada malam pengantin juga hilang bersama suaminya.Terakhir,adalah lastri,ibu zainon yang mengetahui rahsia sebenarnya mertuanya lalu menceritakan hal itu pada orang lain.Memang tidak ada orang yang percaya.Tetapi akibatnya,lastri termakan sumpah sang mertua.Tidak boleh seorang anggota keluarga pun membocorkan rahsia pada orang luar.

   "Kau belum menjadi menantuku yang sah."Ujar ayah zainon menutup ceritanya sepanjang perjalanan pulang."Itulah sebab aku rahsiakan latar belakang keluarga kami.Aku tak ingin jadi kera seperti lastri."

   "Tetapi..."Tanyaku tak puas."Suatu ketika,saya melihat pakcik bersikap aneh pada zainon,diatas katil bilik tidurnya."

   Orang tua itu kemerah-merahan mukanya kerana malu.

   "Sudah aku buka rahsia itu kemarin pada zainon.Ketika ia membangkang untuk pulang kerumah.Itulah sebabnya kemudian ia menurut dengan patuh waktu kami tinggalkan kampung.Ah,nak,mungkin kau tak percaya.Selama bertahun-tahun aku terombang-ambing diantara cinta isteri dan sayang anak.Kerana lastri orang luar,masih punya suami dan anak,yang kebetulan adalah anak gadis,maka ia mati wajar sebagai manusia,apabila suami dan anaknya saling berhubungan sex sebagaimana layaknya binatang.Aku tak pernah berjaya melakukannya,kerana dilarang oleh perasaan kemanusiaan,satu-satunya perasaan yang tak bisa dipengaruhi syaitan."

   Pengaruh syaitan.

   Keesokan harinya aku terbangun dari tidur yang nyenyak.Aku berjalan dengan kenyataan yang benar-benar memeranjatkan.Tidak seorang pun yang menyebut-nyebut apa pun yang terjadi dilereng gunung hari sebelumnya.Sama ada zainon mahu pun ayahnya.Begitu juga safuan.Seterusnya juga penduduk lain.

   Semua berjalan seperti biasa.

   Mereka melakukan tugas sehari-hari.Bersawah,berkebun,berternak,berniaga.Yang mereka bualkan hanya soal-soal perkembangan sehari-hari.Harga beras yang semakin naik ke kota sehingga menguntungkan mereka,dan macam-macam lagi.Tidak sepatah pun yang cuba menyebutkan kejadian menakjubkan itu.Malah,ayah zainon tidak lagi disisihkan sebagaimana menurut ingatanku terjadi sebelum ini.Semua berjalan seperti tidak ada apa yang ganjil berlaku semalam.

   Keadaan itu benar-benar membingungkan.

   Aku cuba mengingat-ingatkan,apakah aku baru terbangun dari tidur yang dipenuhi mimpi-mimpi buruk yang terlalu panjang.Atau mimpi panjang yang tersangat buruk.Fikiranku semakin kacau.Ketika dirumah datuk zainon yang telah meninggal dunia,kata mereka sudah lama.Aku menemui lembaran-lembaran buku tua yang terselit diantara longgokan buku-buku diruang tengah.

   Disalah satu lembaran itu,terbaca kalimat.

   "Tiada seorang pun manusia yang terpengaruh dengan syaitan,sedar dan ingat apa yang telah dan sedang diperbuatnya,selama syaitan-syaitan berada diantara diri manusia itu sendiri."

   Siapakah yang dipengaruhi syaitan?.Zainon?.Ayahnya?.Keluarga-keluarga mereka yang hidup tenteram,dan penduduk desa yang hidup aman dan damai.Ataukah aku sendiri?.Lama kemudian,banyak aku dengar huraian ulama-ulama yang memberi khutbah di masjid-masjid.

   "Didalam diri setiap manusia,terselit setiap tempat untuk syaitan bertakhta.Misalnya tinggal.Apakah manusia bisa menaklukkan syaitan itu,atau sebaliknya syaitan lah yang memperbudak-budakkan manusia."

   Zainon telah memberi tiga orang anak kepadaku.

   Untuk safuan,telah dua yang diberikan oleh sabariah.

   Kalau aku tanya apa sebab ayah sabariah meninggal,tenang saja ia menjawab.

   "Jatuh dari pokok kelapa."

   "Datuk kau?."

   "Diterkam binatang buas.Juga kakak perempuanku.Sepupu,bapa saudaraku dan ibunya zainon."

   Lalu dengan wajah yang keruh,akan ia sambar rifle berlaras dua yang sudah tua itu.

   "Hei,kau pelamun.Aku nak pulang ke kampung.Ikut?."

   "Nak buat apa?."Tanyaku.

   "Berburu.Telah banyak keluargaku yang dibinasakan oleh binatang buas.Kini,bahagian aku pula membinasakan binantang-binatang buas itu."

   Aku terpegun.

   Lama.

   Kemudian,aku menjadi bimbang.

   "Sebenarnya,apa yang telah terjadi?."

(Selesai...)

Sumber : Naskah Dari Pawang Syaitan  

No comments:

Post a Comment