Korban Pemuja Ilmu Syaitan
Bab (2)
Pagi-pagi lagi aku keluar dari rumah.Beberapa orang penghuni rumah jiran yang letaknya agak jauh antara satu sama lain,juga ada yang keluar.Nampaknya macam nak pergi bekerja ke kebun atau ke sawah.Beberapa ekor anak ayam berciap-ciap dekat dengan ibunya yang tak jauh dari pagar rumah jiran yang terdekat.Seorang perempuan tua sedang duduk diatas gelegar buluh sambil menguyah sirih.Sekilas,dia memandang ke arahku.Tidak tersenyum dan tidak pula mengangguk meskipun aku terlebih dulu membuatnya.Si perempuan terus asik mengunyah sirih kemudian mengalihkan pandangannya kepada anak-anak ayam yang kecoh berebut makanan dan paruh ibunya yang tidak berhenti-henti berkekek.
Berhampiran dengan jendela zainon,aku berhenti.
Sinar matahari yang baru saja bangun di ufuk timur,mengintai dari hujung pepohon kelapa dan menjilat daun jendela bilik zainon.Kalau jendela depan diperbuat dari kaca,maka daun jendela bilik-bilik tidur diperbuat dari kayu-kayu jati yang kukuh.
Aku cuba menggerakkan jendela itu.Tetapi tidak memberi kesan sedikit pun.Jadi,memang benar dikunci rapat dari dalam.Jadi suara apa yang aku dengar malam tadi.Ilusi semata.Atau ada benda jatuh.
Aku membongkok dengan hati-hati.
Mula-mula aku tidak terlihat apa-apa kerana matahari pagi masih buta ayam.Tetapi setelah memerhatikan ke sana kemari dengan mata yang lebih tajam,aku mulai melihat sesuatu.Diatas tanah yang masih lembap bekas hujan dan embun pagi nampak beberapa kesan jejak yang samar-samar.Tidak begitu dalam terhunjam,sehingga kelihatannya macam jejak-jejak lama.Nampaknya seperti jejak kaki manusia,tetapi kenapa begitu jauh jarak antara satu sama lain.Dan mengapa begitu dalam dan meruncing-runcing dihujung di bahagian jari.
"Eh,jejak apa ini?"Fikirku."Pencuri berkaki cacatkah?"
Aku terus mengikuti jejak-jejak itu.Lurus kearah pagar yang tingginya hanya sampai ke paras pinggang.Jejak-jejak itu hilang bila sampai keatas rumput.Tetapi beberapa helai bunga mawar yang ditanam dijadikan pagar,kelihatan berselerakan diatas rumput.Salah satu dari rantingnya telah patah.Aku perhatikan ranting itu.Patahnya masih baru.Diluar pagar,jalan kampung yang lebar dan berbatu-batu tidak meninggalkan suatu kesan apa-apa.Aku kembali kebawah jendela,memerhatikan jejak-jejak kaki yang aneh itu sekali lagi.Bila aku membanding-bandingkan,semakin yakin bahawa itu bukan jejak-jejak manusia biasa.
"Mencari sesuatu,jalal?"
Suara yang berat itu membuatkan aku terkejut.
Aku mendongak.Aku lihat wajah ayah zainon.Entah bagaimana dan sejak bila dia membuka jendela,tanpa kusedari.Wajah laki-laki itu kelihatan murung.Namun sinar matanya tajam menusuk.Aku berdiri gugup.Dan agak resah oleh pandangan mata yang tajam dengan sinar yang aneh itu.
Sambil memerhatikan jejak-jejak aneh diatas tanah itu,aku menjawap.
"Apa yang kira-kira pakcik bayangkan berada disekitar ini malam tadi?"
Wajah laki-laki setengah baya itu berubah kaku.
"Aku tak mengerti maksudmu,jalal."
Suaranya terdengar gelisah.
"Ada jejak-jejak,pakcik."
"Mungkin pencuri.Akhir-akhir ini memang sering terjadi."
Aku mau memprotes dengan mengatakan apa yang aku lihat bukanlah jejak-jejak kaki manusia biasa.Tetapi pintu jendela bilik yang satu lagi tiba-tiba terbuka.Wajah zainon muncul disana,masih agak pucat namun nampak lebih segar.Sambil menyisir rambutnya yang terurai panjang menutupi sebahagian dada yang tersembul segar itu.Ia tersenyum menyapa.
"Hallo,jalal."
"Hallo,non.Aku gembira kau sudah bangun.Tidurmu nyenyak sekali malam tadi."
"Ya,pasti berkat kau dampingi."Dahinya dikerutkan sedikit."Apa yang sedang kau lakukan disini?"
"Ah,hanya menghirup udara pagi."
"Bagaimana rasanya?"
"Agak gersang dibandingkan dengan udara diipoh.Tetapi dengan kau ada disini,segala nya akan terasa menyenangkan.Mau turun sama-sama ke sini?"
Ia menggelengkan kepala.Sahutnya.
"Lebih baik aku siapkan sarapan pagi."
Zainon kemudian tertatih-tatih menghilang dari jendela.
Waktu aku menoleh,ayahnya kelihatan tidak kaku lagi.Ia tersenyum puas.Belum pun aku mengagak erti perubahan sikapnya itu,ia telah bergumam.
"Kehadiranmu benar-benar tuah bagi kami,jalal.Semenjak dia sakit,inilah pertama kali zainon mula masuk ke dapur."
Sarapan pagi berlangsung kurang menyenangkan.
Ayah zainon yang duduk dikepala meja,lebih banyak berdiam diri dan acuh tak acuh kepada suara-suara riang yang diperdengarkan oleh zainon,yang bertanyakan tentang perjalananku dari ipoh,apa khabar kawan-kawan kami sesama satu kuliah dan seribu satu pertanyaan lainnya.Aku mengingatkan zainon tentang ujian kenaikan tingkat yang tinggal beberapa hari lagi.Gadis itu terpegun sesaat,lalu.
"Kau lihat,jalal.Aku masih belum sembuh benar."Katanya.Setelah itu memandang ayahnya yang kelihatan murung.Lantas meneruskan kata-katanya.
"Kasihan ayah.Makin tua,makin tersingkir.Mana mungkin aku tinggalakan dia sendirian,jalal."
"Ajaklah ayah ke kota.Melihat-lihat.Apa tak bosan berendam terus-terus di kampung.Dan kau,boleh ke doktor.Boleh ikut ujian."
"Kau cuba lah mengajaknya,jalal.Aku da puas mengajaknya."
Aku memandang laki-laki di kepala meja.
Tetapi ia sudah berdiri,kemudian meninggalkan meja makan tanpa permisi.Dia berjalan ke depan.Tak lama kemudian,dari jendela ruang tengah aku lihat laki-laki itu berada dijalan besar dengan hulu golok tersembul dari sarung yang membelit pinggang,sebuah buntil tersandang dibahu kanan.Dia berjalan dengan tegap.Langkah-langkahnya pasti.Mengangguk kepada jiran-jiran yang berselisih dijalan dan menarik sekali.Orang-orang yang si sapa oleh laki-laki itu,hampir semuanya memperlihatkan sikap yang sama.Acuh tak acuh,malah seperti tidak senang.Bahkan aku melihat salah seorang dari nya meludah ke tanah,setelah berada di belakang ayah zainon.
Terjengket,aku berdiri.
"Kurang ajar benar orang itu."Umpatku.Bermaksud keluar dari rumah untuk menegur orang yang meludah di belakang calon mertuaku itu.
"Duduk sajalah di tempatmu,jalal."
Hairan aku memandang kepada zainon.
"Kau tak nampak bagaimana mereka menghina ayahmu?"
Zainon mengeluh pendek.Rungutnya lemah.
"Itu dah tak aneh lagi bagi ayah.Dan itu lah sebabnya mulai dari sekarang aku tak tergamak meninggalkan dia sendirian,jalal."Ia tatap mataku dengan wajah yang membayangkan kecemasan.
"Kukira ayahku memendam semacam rahsia.Apa tak pernah ia katakan,meski pun pernah aku mendesak dengan pertanyaan-pertanyaan.Tetapi naluriku mengatakan,ayah memerlukan pertolongan,jalal.Benar-benar sangat memerlukannya."
Sebaik saja dia berkata-kata,sudut-sudut matanya menjadi basah.
Aku cuba mengerti.
"Kalau lah aku bisa mengetahui sesuatu,zainon."Ucapku mengharap.
Ia geleng kepala.
"Aku sendiri tak tahu apa-apa,jalal.Segalanya gelap.Ayah bukan lagi seorang periang yang aku kenal beberapa tahun yang lalu.Ia telah menjadi seorang pemurung yang penuh misteri.Segala yang keluar dari wajahnya,tidak murni lagi.Senyum yang tak jujur.Kasih sayang yang kadang-kadang membingungkan.Kau tahu.Ia mendesak,bahkan pernah marah-marah mengatakan apa yang terjadi seperti malam tadi,hanyalah mimpi.Benar-benar mimpi aneh,bukan?"
Aku genggam tangannya.
"Kau memang bermimpi,zainon.Sayang,terlalu buruk."
Ia merungut,menarikkan tangannya kemudian membersihkan sisa-sisa makan diatas meja.Dibawa ke belakang.
"Perlu kubantu,non?"
Tak ada jawapan.
Dan aku sudah tahu bagaimana zainon kalau sudah tersinggung.Pantang diketahui.Untuk menghindari perang dingin yang akan membuat sakitnya bertambah,aku berjalan keluar rumah.Beberapa orang penduduk yang kebetulan lalu disitu,memandang aku dengan tatapan yang serba kaku.Bagaimana pun mereka mengangguk mesra.Setidak-tidaknya lebih mesra dari yang mereka perlihatkan pada bakal mertuaku.
Aku berjalan-jalan ditepi rumah.
Memerhatikan jejak-jejak itu lagi.Aku cuba bandingkan dengan tiga ekor kera bermata merah biji saga yang menghalang aku di pertengahan jalan malam tadi.Apakah mahkluk-mahkluk misteri itu tidak terus menghilang ditengah hutan.Sebaliknya diam-diam mengekori dari jarah jauh.Setelah aku masuk kedalam rumah,salah satu mahkluk itu menghampiri,bermaksud untuk masuk sebaik saja dikiranya aku sedang berada dibilik tidur bersama zainon.Tetapi untuk apa.Konon kalau nak dikira cara mahkluk itu berfikir,tentu lah cara fikiran kera.Tetapi mengapa harus mengikuti aku dan mengintai bahkan berusaha untuk masuk kedalam rumah.Bunyi kuat yang memeranjatkan semalam,adalah suara jendela yang dibuka secara kasar.Tapi jendela yang mana.
Dalam kebingunganku,aku terus berjalan dan tiba dipancuran yang tak jauh dari rumah.Sepatutnya aku mandi sebelum sarapan tadi,setidak-tidaknya sekarang ini.Tetapi air yang mengalir dari pancuran bambu dan berasal dari dalam tanah,terasa sejuk menusuk ketika aku sentuh dengan jari.Air pancuran itu mengalir terus kedalam sebuah kolam ikan.Kolam yang besar sekali.Sesekali terlihat beberapa ekor ikan yang besar-besar.Juga beberapa ekor ikan jelawat yang berkejaran kesana sini membuatkan aku leka melihatnya.Tiba-tiba terdengar sapaan seseorang.
"Hai."
Aku menoleh.
Seorang pemuda,berseluar jalur-jalur yang digulung bahagian bawahnya hingga ke pertengahan betis.Menampakkan boot yang tinggi.Dia berdiri diatas pancuran.Wajahnya tenang dengan rambut yang bersikat rapi.Aku lantas teringat bahawa dia adalah salah seorang dari tiga peronda malam yang aku temui semalam.
"Hai."Aku membalas sapaannya,sambil menunjuk kearah senapang yang tersandang dibahunya."Nak memburu?"
"Ha ah,mandi?"
"Ikut?"
Aku memikirkannya.Lalu teringat zainon yang bersendirian.Dan masih belum begitu sihat.
"Tidak,terima kasih."
Tanpa aku minta atau aku persilakan,ia dengan senang duduk diatas rumput,menjulurkan kakinya ke mulut pancuran sehingga bootnya dijilat air.Agak ganjil budak ini,fikirku sambil bersandar pada sebatang pohon kelapa.Senapangnya diletakkan disampingnya.Ia mengeluarkan sebungkus rokok dari saku kemeja.Menghulur kedepan mukaku.Aku ambil sebatang.Dia lantas memasang api pada rokok yang terselit dibibirku.Setelah ia melakukan hal yang sama pada rokok bibirnya,lalu dia menghembuskan asap rokok yang berkepul-kepul dengan rasa nyaman.Pemuda itu bergumam lucu.
"Kita belum berkenalan."
"Oh,ya."Tangannya aku jabat."Nama saya jalal."
"Saya safuan."
"Yang dua lagi malam tadi?"
"Sidek,itu yang berikat kepala.Ketua peronda.Dan musa,sebagai pemberita dari ipoh."
Aku mengangguk.
"Dan awak?"
"Kuala lumpur.Sedang bercuti."
"Sekolah dimana?"
"Universiti kebangsaan,bangi.Tahun tiga."Ia tersenyum.Juga nampak lucu kerana senyum itu berbentuk pertanyaan yang tidak aku duga sebelumnya.
"Dia masih sakit?"
"Siapa?"
"Zainon."
"Oh,masih sakit."
"Kasihan.Gara-gara pandangan yang salah dari penduduk terhadap ayahnya,gadis terpaksa jadi korban."
"Korban?"
"Ya.Dijauhi.Syukurnya,dia jarang keluar rumah.Itu memang sifatnya dari kecil.Suka mengurung diri."
"Nampaknya kau mengenali dia cukup dekat."
"Kami satu sekolah sewaktu di taiping.Dia senior setahun dari saya."
"Oh,begitu.Apalagi yang awak tahu tentang dirinya?"
"Tak banyak.Tamat sekolah rendah,saya terus mengikut bapa saudara saya ke kuala lumpur.Saya dengar zainon melanjutkan persekolahannya ke ipoh.Dan setelah sekian tahun lamanya tidak berjumpa,tahu-tahu saya lihat dia pulang.Lebih dari itu,saya lihat seorang laki-laki mengikutnya."Ia merenungi aku.Nakal.Aku angkat bahu,tertawa."Kalian mau kahwin?"
"Kalau ayahnya setuju."Jawabku jujur.
"Saya ucapkan selamat.Yakinlah,ayahnya setuju.Kalau tidak,sudah tentu awak diusir malam awak tiba."Ia tertawa."Ada persesuaian antara kalian?"
"Maksud awak?"
"Bakal mertua kau konon orang aneh.Malah teramat aneh."
"Saya tak faham?"Sungutku.Agak tak senang kerana dia terlalu banyak bicara.Tapi aku menaruh perhatian serius,siapa tahu ia bisa memberikan gambaran bagaimana sebenarnya ayah zainon yang baru aku kenal itu.Laki-laki itu hanya aku kenal dari cerita zainon sebagai seorang petani yang gigih.Selalu berhasil dalam usahanya.Hidup menduda semenjak kematian ibu zainon setahun yang lampau.Kini memerlukan pertolongan tanpa aku ketahui mengapa dan untuk apa ia ditolong.
Seperti takut didengar orang lain,safuan mencondongkan mukanya sedikit kedepan lantas berkata separuh berbisik.
"Kau benar-benar ingin tahu.Ayah zainon itu seorang.."
Ucapannya terhenti bila tiba-tiba terdengar suara tapak kaki melangkah menghampiri kami.
Kami berdua menoleh serentak.Zainon tiba-tiba telah berada disisi safuan.Dia mencangkung.Sepasang mata gadis yang wajahnya masih pucat itu memandang tajam kearah kawanku yang sedang berbual.Pemuda yang katanya sedang belajar di universiti itu jadi merah padam mukanya.Ia batuk-batuk kecil.Setengah paksa.Agak gugup ketika berdiri dan menyapa.
"Hai,non.Aku gembira melihat kau sudah sihat."
Senyum tipis terbayang di mulut si gadis.
"Terima kasih."Sahutnya.
"Mengapa jarang kerumah?"
"Ah,aku.."
"Sombong,ya?"
"Bukan begitu,zainon.Akan tetapi kau kan tau..."Kelihatan laki-laki yang baru aku kenal itu menjadi gugup.Rupanya ia mencari-cari sesuatu alasan.Sehingga lama baru dia dapat menguasai dirinya.Sambil menghela nafas panjang,safuan menoleh padaku lantas berkata tergagap-gagap."Eh,saudara jalal.Nak ikut saya?"
Aku angkat bahu.
"Terima kasih.Mungkin lain kali."
Senapang yang disandarkan ke sebatang pokok itu,dicapai dan disandangkan ke bahunya.
"Saya ada rifle berlaras dua."Katanya."Kalau saudara mahu,bila-bila kita boleh pergi berburu binatang buas,ok."
Ia kemudian menjauh.Bergegas seperti dikejar oleh sesuatu.
Zainon memandang punggung pemuda itu sampai menghilang diantara rimbunan semak belukar.Kemudian berjalan tertatih-tatih menuruni tangga-tangga batu pancuran.Tuala disangkut pada penyidai buluh.Meletakkan sikat dan sabun dekat kakinya.Tak jauh dari percikan air pancuran yang deras.Dengan selamba saja dia membuka butang-butang baju yang dipakainya,sehingga ternampak panoramanya tersembul keluar.Putih melepak.Dan dengan selamba juga dia berkata.
"Kau tak malu melihat perawan mandi?"
Aku terkejut.
Sambil ketawa kecut,aku menjauhi tempat itu.Tetapi tidak terlalu jauh sekadar boleh berbual dengannya.Tiba-tiba terdengar bunyi letupan.Mungkin safuan sudah mendapat seekor burung untuk dijadikan sasaran kegemarannya.Didataran sawah-sawah yang padinya mulai menguning,aku memandang ke arah dimana letupan berbunyi dari senapang safuan.Namun tidak ternampak pemuda itu sama sekali.Letupan seperti itu tidak kedengaran lagi.Sepi kembali.Angin bersiur diantara rimbunan bambu memperdengarkan suara berderak-derak yang kurang menarik ditelinga.
"Apakah yang dia ceritakan pada kau?"Tiba-tiba zainon bertanya.Setengah berteriak untuk mengatasi derak-derak batang bambu dan curahan air dari pancuran.
"Dia?"Aku berpura-pura sambil mencari jawapan yang tidak mengetarakan kedudukan aku.
"Safuan."
"Oh..,tidak banyak.Katanya dia bersekolah dikuala lumpur,kini sedang bercuti."
"Hem..lagi?"
"Itu saja."
"Bohong."
"Betul,sumpah."
"Jangan bersumpah.Dikampung ini,kata-kata yang tidak dijaga boleh mendatangkan kecelakaan."
"Ye ke?"
"Dia bercerita juga tentang ayahku,bukan?"
Aku terdiam.Lama.
"Apa katanya?"
"Zainon.Percayalah,safuan..."
Gadis itu menukas cepat.
"Ayah kata,malam tadi dia mengintip dari jendela bilik tidur.Safuan yang menghantar kau sampai kedepan rumah.Bersama sidek dan musa.Tetapi mereka bertiga kemudiannya cepat-cepat menjauh.Seperti ada yang mereka takutkan kalau ikut masuk kedalam.Adakah safuan cerita apa yang mereka takutkan."
"Tidak.."
Terdengar suara air bercocak.Curahan air deras lagi.Berkocak lagi.Kemudian sepi.Aku berfikir,apa pula alasan mereka untuk takut masuk kerumah ayah zainon.Dan mengapa jiran-jiran seperti memecilkan dan menghina laki-laki yang sudah menduda itu.Dan apakah yang akan dikatakan oleh safuan tadi mengenai siapa sebenarnya bakal mertuaku.Tentu ada hubungannya dengan sikap penduduk dan keengganan safuan datang berkunjung ke rumah,meski pun dia tahu zainon sedang menderita sakit.Apa pula hubungannya dengan jejak-jejak kaki yang aneh dibawah jendela bilik tidur zainon.
"Jalal?"
"Ya."
"Jalal."
Aku berpusing.Aku agak tergamam melihat zainon sudah berdiri tegak diatas batu-batu besar tempat mandi separuh telanjang.Kedua tangannya ditutupkan menyilang di kedua belah dadanya.Tetapi tak cukup rapat untuk menutupi gelembung-gelembung putih yang mendebarkan jantung itu.Rambutnya yang panjang berbelak-belak,kini rapat dan lurus-lurus bertebaran menutupi sebahagian bahu sampai sebelah belakangnya.Ia tersenyum ke arahku.Lembut.Dan manis dengan wajah yang basah oleh air.
"Kemarilah,jalal."
Kelelakianku bergegar sesaat.Malah kukira lututku lemah sedikit semasa aku melangkah keatas batu,hampir tergelincir diantara akar-akar kepala yang tersembul di permukaan tanah yang licin sedikit.Kemudian menuruni tangga-tangga dan tau-tau telah berdiri berhadapan dengan zainon yang memandang aku dengan sorot mata yang bersinar-sinar.Selama beberapa saat kami bertentang mata.Dan aku terbayang kemesraan-kemesraan yang sentiasa kami lakukan semasa berdua di kota.Di bilik hostel,di rumah ayah saudaraku dimana tempat aku tinggal.Di cameron highland,dibukit berapit.Di mana saja.Dan bila-bila masa,selama tidak ada orang lain yang menganggu,kami bergelut dan bercumbu.
"Zainon..."
"Hemm..?"
"Aku cinta padamu."
Mulutnya melepas tawa.Bergetar,lalu.
"Lakukanlah sesuatu untukku."Ia memohon.
Aku melakukannya sesuai dengan naluri lelaki.Kedua tanganku mengembang,sebentar kemudian tubuh setengah telanjang yang basah kuyup itu telah berada dalam dakapanku.Ketat.Dan hangat.Sepasang mata zainon membesar.Mulutnya separuh terbuka,mau mengucapkan sesuatu.Namun dengan pantas aku telah merapatkan mukaku dan kemudian mulut yang separuh terbuka yang menampakkan dua baris gigi yang putih dan indah itu,terhunjam rapat dan dalam di mulutku.Zainon merintih.Lalu mengeliat.Bibirku terus mengulum-ngulum bibirnya.Menyusur ke muka,leher dan..
"Jalal.Lepaskan...lepaskan."
Dan.
"Plak."
Tamparan kuat itu hinggap di pipi.
Aku tersintak.Aku segera melepaskan pelukan,dan dengan hairan merenungi mata zainon.
Ia termengah-mengah menahan marah.
"Apa yang kau lakukan?"
"Non..."
"Ini dikampung,jalal.Bukan dikota.Kalau ada yang melihat.."Matanya liar mencari-cari.Aku juga mengikuti gerakan matanya.Namun disekeliling kami sepi.Tak ada suara.Tak ada gerakan.Apalagi teriakan mencemuh.Aku bersunggut-sunggut dalam kebingunggan.
"Kan kau yang meminta..."
"Minta apa?"Suaranya pedas.
"Tadi tu."
"Ya..maaf,jalal."Mulutnya yang tegang perlahan-lahan mengendur.Kini ia tersenyum.Lembut seperti tadi.Manis sekali.Perlahan-lahan dia merangkak diatas batu-batu,membiarkan seluar dalamnya ditempuhi air yang memancut deras dari corong bambu.Sambil geleng-geleng dia bersuara.
"Aku meminta kau melakukan yang lain,jalal."
Agak kesal,aku merenungi zainon.
Senyumnya melebar.Lantas.
"Sabunku terjatuh kedalam kolam.Maukah kau mengambilnya.?"
Tiba-tiba aku ketawa berdekah-dekah.Sampai keluar air mataku.
"Tadi kenapa tak cakap?"Rungutku.Ketika aku mau membuka pakaianku,zainon mencelah.
"Terjun saja.Baju kau sudah basah ketika kau cuba memperkosaku tadi."
"Ah."
"Terjun.Dan terus mandi."Dan sebelah kaki gadis itu bergerak menyambar betisku.Aku tak dapat mengimbangi kedudukanku lagi.Aku terjatuh kedalam kolam bersama dengan pakaian lengkap.Seekor ikan talapia sebesar tapak tangan terloncat kerana terperanjat.Dan seekor ikan jelawat sebesar lengan,juga meloncat jauh kerana tersentuh oleh hujung hidungku.
Menjelang senja baru ayah zainon pulang.Wajahnya muram.Walaupun zainon berceloteh mengatakan yang dia telah merasakan jauh lebih sihat dan segar bugar setelah kehadiranku ditengah-tengah mereka.Laki-laki setengah baya itu tidak sedikit pun memperlihatkan kegembiraan.Selesai makan,ia minum secawan kopi kemudian keluar rumah,katanya nak ke masjid.
Waktu kami tinggal berdua,zainon mengeluh.Suaranya pahit.
"Dah banyak kali ayah beritahu.Ayah sembahyang dirumah saja.Tetapi dia berkeras.Kebiasaan sejak dari kecil katanya."
"Mengapa?"
"Entahlah.Yang aku tahu,ayah pasti duduk dipenjuru masjid,ikut bermakmum tetapi hampir-hampir jarang ada yang mau duduk satu saf dengannya."
"Nampaknya penduduk disini tak sukakan ayah kau."
"Ha ah."
"Kau tahu sebabnya.?"
"Kalau lah aku tahu.."Ia menarik nafas,mengeluh lagi.Lantas mengangkat bahu.
"Jadi,minggu depan aku harus mengikuti ujian kenaikan tingkat,ya?"
"Kau nak balik bersama aku?"
Matanya jadi kelabu.Pelita minyak tanah yang terganggu diatas meja makan.Agak kelam.Aku putarkan sumbunya keatas sehingga menyala terang benderang.
"Aku ingin,jalal.Tetapi sudah aku katakan,ayah memerlukan bantuan seseorang.Sesuatu yang terjadi dan selama ini seperti mengurung dirinya,harus aku mengetahuinya dan akan kami atasi bersama-sama.Sesuatu yang aku tidak tahu apa-apa,tetapi naluriku mengatakan sesuatu itu pastilah mengerikan.Lebih-lebih lagi bila aku teringat mimpi-mimpi buruk jalal,demi tuhan aku tak percaya bahawa selama ini aku cuma bermimpi."
Aku tak menjawab.Tetapi dikepala,berputar-putar jejak-jejak kaki aneh dibawah jendela bilik tidur zainon.Aku yakin aku dengar suara jendela dibuka.Tetapi mengapa sewaktu masuk ke bilik zainon,daun jendela tertutup rapat dan terkunci rapi.Dan bayangan ayah zainon dalam kegelapan,membongkok diatas tubuh gadis itu.Aku menggeletar tiba-tiba.
Suara berbisik yang halus menyentuh gegendang telingaku dengan tiba-tiba.Aku membuka mata lebar-lebar.Menoleh ke sebelah tempat tidur dari mana suara itu terdengar.Dan perlahan-lahan kau tersenyum sendiri.Ternyata majalah yang aku baca sambil berbaring semasa masuk kebilik tadi,telah terjatuh dan kini terdampar dilantai.Tanganku mencapai malas.Majalah itu aku pungut lantas aku simpan diatas meja tulis.Kemudian aku melihat jam tangan yang aku pakai ditangan sebelah kiri.Ah.Sudah lewat tengah malam.Patutlah aku mengantuk betul.
Sambil menguap lebar berulang kali,aku tarik selimut sampai ke paras leher.Menguap lagi.Lalu menggerakkan tubuh.Mengerang.Menguap lagi.Hah.Aku mengantuk benar.Tetapi mengapa mataku sukar terpejam.Dengan resah,aku mengambil sebatang rokok yang penghabisan dari kotaknya.Aku masih banyak masa yang memerlukan rokok.Tetapi aku berharap batang rokok terakhir ini akan membawa aku terus tidur.Aku tarik selimut lagi,lagi dan lagi.Wah terlalu banyak menguap juga boleh jadi penat.Kuhisap rokok dalam-dalam.Kuhembuskan asapnya panjang-panjang.Dan perasaan nikmat mulai melemahkan kelopak mata.
Aku benar-benar hampir tertidur kembali,waktu suara lain menyentuh gegendang telingaku.Suara berbisik yang lebih keras.Bukan dari pinggir tempat tidur.
Terdengar agak jauh,tapi cukup jelas.Seperti suara jendela menderit.Mula-mula perlahan.Berhenti lama.Berderit lagi,lebih panjang.Dan lebih keras.Kemudian disusul oleh suara aneh.Antara lenguh dan rintih,kemudian suara bercerita yang lembut.Berderit lagi.Seperti jendela ditutup.Ha.Jendela dibuka.Dan ditutup.Tengah malam buta begini.Zainon bangun dan menghirup udara segar,tak mungkin.Ia sudah mendengkur halus sewaktu aku tinggalkan dibiliknya tadi.Jadi,jendela mana yang terbuka tadi.
Perlahan-lahan aku bangkit dari ranjang.
Kakiku menyentuh sendal,tetapi dengan pantas aku singkirkan.Tanpa sendal,aku boleh berjingkit dengan tidak menimbulkan suara.Hati-hati aku bergerak kearah jendela bilik yang aku duduk sekarang.Aku terpegun sesaat.Nafasku memburu.Mungkinkah mimpi-mimpi aneh zainon dan jejak-jejak yang misteri akan berulang kembali.Kalau ya,sekarang lah kesempatan untuk menyingkapkan tabir yang penuh tanda tanya itu.Perlahan sekali,tangan aku angkat,dan hujung jari telunjuk aku selit ke pinggir tirai jendela,lalu dengan cermat lagi aku menggesernya.Sedikit demi sedikit.Setelah mendapatkan celah,aku mengintai keluar.Gelap,gelap sekali.Aku yakin bulan purnama masih belum bercumbu dengan bintang-bintang berlatar belakangkan langit.Aku tajamkan lagi mata.Rupanya pohon rambutan di perkarangan rumah jiran sebelah,agak menutup cahaya rembulan.
Kemudian,mataku menangkap bayangan daun jendela bilik tidur zainon.Tertutup.Aku melihat lebih ke atas.Dalam jilatan sinar rembulan yang mengintai di celah-celah daun rambutan kelihatan pada lubang jendela,kelam dan hitam.Wah.Semasa aku nak tinggalkan tadi,zainon berpesan.
"Kalau kau nak tidur,biarkanlah pelita bilikku tetap menyala."
Pesannya aku patuhi.Malah minyaknya sempat aku tambah dan sumbunya aku besarkan.Dan kini pelita dibilik tidur zainon,padam.
Jantungku berdebar tiba-tiba.Selama beberapa saat aku terpukau.Fikiranku buntu.Tanpa bisa ditahan lagi kakiku melangkah jarang namun masih tetap berjingkit-jingkit ke arah pintu.Tiba dikoridor luar,rembulan yang bersinar terang menyambut kehadiranku,namun bayangan bulan lima belas hari yang agak pucat itu mendatangkan perasaan ganjil didalam dada.Masuk keruang tengah,aku temui suasana sepi.Pelita diatas meja makan padam juga.Padahal semasa aku tinggalkan tak sampai dua jam yang lalu,ia masih menyala.Mata aku biasakan dengan bayangan gelap lantas melangkah diantara kerusi meja makan dengan tembok.
Didepan bilik ayah zainon,aku terpegun seketika.Pintu terbuka.Lampu didalam menyala kecil.Namun cukup terang untuk bisa melihat suasana didalamnya.Ranjang kosong.Tak ada gerakan.Tak ada suara.Baru aku teringat,ketika aku dan zainon sama-sama telah berada dibilik tidur masing-masing ayah zainon belum pulang dari masjid.Padahal malam telah larut.
"Kadang-kadang ayah suka begitu."Zainon menjelaskan sebentar tadi.
"Habis dari masjid suka berkunjung atau diajak berkunjung kerumah datuk.Eh,kau belum aku kenalkan pada datukku,bukan.Ia telah berumur lapan puluh tahun,tetapi masih nampak sebaya dengan ayahku.Kadang-kadang aku berfikir,datuk awet muda atau ayah yang cepat tua."
Saat ini aku tak peduli apa yang difikirkan oleh zainon tentang ayahnya.Kerana yang aku fikirkan,adalah bayangan yang menghairankan malam tadi.Ayah zainon membongkok diatas tubuh gadis yang pengsan.Kerana ketakutan itu.Sedang pelita padam seperti keadaan sekarang.Prasangka buruk mulai menghantui diriku.Jangan-jangan ayah zainon telah pulang dan sekarang.Setan.Aku memaki.Bukankah zainon anaknya sendiri.Sambil melangkah berhati-hati kebilik si gadis,aku membuang prasangka itu jauh-jauh.Teramat susah,tetapi akhirnya berjaya juga.Itupun setelah tiba didepan pintu bilik zainon dan aku dekatkan telinga ke daun pintu.Mula-mula tidak terdengar suara apa-apa.Kemudian,jantungku berdenyut kencang.Suara itu.Aku seperti pernah mendengarnya,tetapi jelas bukan suara ayah zainon.Apa lagi suara seorang laki-laki yang sedang dilanda nafsu berahi.Suara separuh mengeluh dan separuh berbunyi ngik,ngik,ngik.Darah disekujur tubuhku mengalir deras naik ke kepala.Aku menggelatar,merasakan sesuatu cemas yang belum pernah aku alami.Dan tanpa menunggu lebih lama lagi kaki ku bergerak.Sekali tendang,pintu terbuka lebar.
Bersamaan dengan itu,lighter yang kusiapkan ditangan dari tadi,menyala.Bayangan samar menerpa bilik yang gelap gelita itu.Sesusuk tubuh,setinggi hampir setinggi manusia,berwarna kelabu kehitaman dengan lengan-lengan yang panjang penuh berbulu,berdiri longlai disamping tempat tidur.Seraut wajah yang mengingatkan aku seketika pada ketiga ekor mahkluk yang menyerang aku sebelum tiba dikampung ini.Memandang dengan garang kearahku.Sekilas cuma.
Kerana ketika zainon terbangun oleh suara gerodakan pintu,disusul oleh jerit gadis itu,susuk tubuh yang berwajah mengerikan itu menjerit lengking persis jeritan kera dihutan.Belum pun sempat aku berbuat apa-apa,lembaga itu telah bergerak pantas.
Ia menerjang,bukan kearah aku.Tetapi kearah daun tingkap bilik itu.Terdengar suara bergeradak tingkap terbuka.Lembaga itu jatuh berdebum ketanah.Suara ngik,ngik separuh melolong yang memilukan.Tanpa mempedulikan zainon yang sedang pengsan ditempat tidurnya,aku berlari kearah tingkap kemudian melompat keluar.
"Berhenti...berhenti."Teriakku.
Lembaga itu nampak samar-samar seperti karung guni kehitam-hitaman berlari kearah jalan besar.Aku menyusulnya,sambil berteriak.
"Berhenti."
Bagaimanapun,aku masih menyedari bahawa teriakan aku itu sia-sia.Kerana ia bukan mahkluk manusia,dan tidak akan mengerti apa yang aku teriakkan.Kalau pun dia mengerti,tak akan berhenti.Kerana itu aku terus mengejarnya sampai menerobos melalui kebun keledek jiran diseberang jalan,dengan terus berteriak,sambil mengharapkan ada orang yang keluar atau peronda malam yang mendengar akan ikut mengejar.Suara riuh rendah mulai kedengaran.Beberapa lampu obor terangkat ke udara.Lembaga itu telah berada di pinggir hutan.Dan hanya jarak beberapa meter saja didepanku.Fikiranku cepat bekerja.
Kalau mahkluk ganjil itu masuk kedalam hutan,maka jejaknya akan lenyap sama sekali.Dan tabir misteri itu tidak akan terbuka.Oleh kerana itu,sebelum terlambat,aku mencapai sebuah batu besar yang banyak berselerak ditanah,bermaksud untuk melempar kearah binatang itu dengan satu lontaran yang jitu.Batu aku angkat tinggi-tinggi,dan aku bersedia untuk melontar.Pada saat itu lah terasa hentaman dengan suara lembut tetapi menyakitkan.Aku terpekik.Pandanganku berkunang-kunang dan sekonyong-konyong tubuhku tumbang menyembah bumi.Nasib baik tidak mengenai batu-batu yang berserak ditanah.Akibatnya,aku berada dalam keadaan antara sedar dengan tidak untuk beberapa saat.
Semasa beberapa orang penduduk semuanya laki-laki dimana aku juga melihat safuan telah membantu aku untuk berdiri.Lembaga itu telah lenyap sama sekali.Dengan rasa susah payah aku berusaha untuk duduk sambil mengusap-ngusap tengkuk yang terasa ngeri.Suara pertanyaan yang bertubi-tubi mengaung ditelinga.Aku hanya menjawab.
"Aku melihatnya.Melihatnya dengan mata aku sendiri."
"Melihat apa?"Desak dari salah seorang.
"Mahkluk itu."
"Mahkluk,mahkluk apa?"
Safuan menyeru kepada orang-orang yang berkerumun,membantu aku berdiri.Sambil bersungut-sungut menyuruh semua orang pergi.Terdengar gumam-gumam menyumpah dan mengumpat dengan perasaan tak puas hati,bila safuan berkata dengan suara keras.
"Pulanglah semuanya.Tidak kah kalian tahu orang ini sedang sakit.Dia perlukan pertolongan.Ayuh,panggil dukun dan suruh datang kerumah zainon."
Aku mengangkat sebelah tanganku.
"Tak usah.Saya kira saya dah pulih."
Safuan tertawa kecil.Dan orang ramai bersurai.
Ketika dihantar oleh safuan sampai didepan rumah,aku bertanya hairan padanya.
"Mengapa tidak kau biarkan saya bercerita kepada mereka?"
"Cerita apa?"Tanyanya.
"Cerita tentang kera."Sambungku lagi.
"Ya."
Dia terdiam seketika.Berfikir.Lantas tiba-tiba katanya sambil ketawa.
"Katakan saja kau melihat pencuri,ok."
"Tapi safuan,yang saya lihat..."
"Cerita karut."
"Sungguh.Tadi itu adalah kera dan..."
"Kawanku yang baik."Safuan menukas dengan suara tegas."Sekali kau dedahkan hal itu kepada penduduk kampung ini,maka percayalah,maka kau tak akan bisa menjaga keselamatan bakal mertua kau."
"Hah?"
"Terkejut?"Ia senyum mengulum."Sudahlah.Pergilah tidur dan hal..datukku mengundang kau dan zainon makan tengahari dirumah kami besok.Kalian tak akan sampai hati menolak,bukan?"
Pada mulanya aku mahu menceritakan tentang adanya seseorang yang berusaha menghalangi aku melontar mahkluk kera itu pada safuan,tetapi matanya yang menghalangi niatku.Cepat aku mengangguk seraya berkata.
"Terserah pada zainon."
"Dia pasti mau.Malah saya senang sekali."
"Bagaimana?"Ia tertawa.Kami telah tiba didepan rumah.
"Tentu saja.Datuk aku adalah juga datuk zainon."
Aku melongo,tetapi safuan telah beredar jauh.
Sambil menggeleng-geleng kepala dan mengurut tengkuk yang masih agak sakit,aku memasuki perkarangan rumah zainon.Aneh.Tadi aku keluar melalui tingkap bilik mengejar mahkluk itu.Tetapi kini pintu depan rumah terbuka lebar.Cahaya pelita menerobos keluar.Penuh tanda tanya,aku melangkah masuk.Dan melihat ayah zainon duduk disebuah kerusi,memandang aku dengan muka letih dan berpeluh.
"Kau..kau tak apa-apa?"Sapanya.
Pertanyaannya membuat aku keliru.Dan belum sempat aku menjawab,terdengar suara isak tangis yang halus.
"Zainon sudah sedar.Jumpa lah dia."Sambung orang tua itu lagi.
Semasa aku melintas disisinya,aku yakin laki-laki itu terus memandang aku dengan sorot mata yang tajam.Entah mengapa tubuhku menggigil seketika.Aku terus melangkah masuk kebilik kekasihku.Gadis itu terlonjak dari tempat tidur.Melompat dan memelukku sambil menangis tersedu-sedu.
(Bersambung...)
Sumber : Naskah Dari Pawang Syaitan
No comments:
Post a Comment